Latest News

'

Karyawan dengan Gaji Sejuta


Mencari pekerjaan memang susah. Kita harus membuat surat lamaran, mengajukan Curriculum Vitae, menunjukkan kelebihan-kelebihan yang kita punyai. Namun ada satu pekerjaan yang datang sendiri tanpa kita ajukan lamaran, yaitu pekerjaan di ladang Tuhan. Mengapa justru kita yang kerap kali menolaknya? Ya, itulah karena gajinya hanya sejuta: setia, jujur, tawakal, meskipun di surga sana depositonya besar lho.

Waktu tiga anak kami masih kecil, kami berdua banyak sekali kesibukan di Gereja. Suatu saat ada teman kami yang berkata demikian: 'Iri lho sama kamu, kerjanya pergi-pergi terus kok anak-anaknya pinter-pinter, di rumah siapa yang ngajarin?' Lalu saya menjawab; 'Lha ini enaknya jadi kayawan Tuhan : keluarga dijamin, kesehatan dan kesejahteraan dipenuhi, anak-anak dipelihara.' Kita disayang karena dikenal Tuhan dan mau ikut terlibat bekerja dengan-Nya. Teman saya menjawab: 'Oh gitu ya, kalau benar aku mau deh jadi karyawan Tuhan', tapi baru sekejab dia berkata : 'Sungguh jadi pintar gak anaknya? Nanti saya sudah capek-capek, anaknya tetap bodoh.' Wah kamu belum-belum sudah menuntut, bahkan mengancam Tuhan. 

Jadi bagi kita yang sudah bekerja diladang-Nya, jangan sekali-sekali minta mundur atau pensiun dariNya. Justru yang kita takutkan jangan sampai kita kena PHK. Pekerjaan Tuhan memang keliatannya ditawar-tawarkan, tetapi sekali kita menolak, susah untuk mendapatkannya kembali. Itulah salah satu pengamalan saya,

Kira-kira 10 tahun yang lalu, saya bertugas mengantar Suster mengirim komuni bagi orang-orang sakit atau tua yang tidak bisa ke gereja.  Beberapa tahun kemudian saya merasa bosan dan minta pamit pada Suster karena tidak bisa mengantar lagi. Setelah beberapa bulan resign, saya merasa tergugah lagi. Lalu saya menghubungi Suster dan ketika saya menawarkan lagi, jawab Suster tadi: "Oh bu, saya sekarang sudah punya becak langganan, lagian kasian Pak tukang becak biar dia dapat uang."

Karena niat saya belum sepenuh hati, saya malah senang, kebetulan kalau nggak mau diantar saya malah bisa bebas dihari minggu kemana-mana. Sampai suatu saat saya sedang mengendarai mobil, tiba-tiba ada sepeda motor yang nyelonong, tabrakan pun tak terhindarkan.

Dengan kejadian itu seakan Tuhan berbisik: "Kamu sudah Kuberi mobil, Kuberi pula kemampuan untuk mengendarai, mengapa selama ini hanya kau gunakan untuk bersenang-senang saja, untuk kepentinganmu sendiri? Mengapa kau berhenti jadi supirKu?"

Kali ini saya benar-benar bertekad untuk meminta pekerjaan saya kembali, apapun jawaban Suster. Bila Suster bilang kasihan Pak Becak, saya bersedia mengganti uang becak itu. Hari minggu berikutnya saya ke gereja, dan tiba-tiba Suster itu duduk disebelah saya. Wah, kebetulan sekali, sayapun berbisik padanya. "Suster masih mengitim komuni?". Suster langsung memberondong pertanyaan: "Iya bu, siapa yang sakit ? Mau dikirim komuni ?".

Waktu itu saya duduk sendiri karena suami sedang tuugas sebagai Prodiakon, rupanya Suster mengira suami saya sakit. Saya jadi geli sendiri mendengarnya. Sayapun langsung mencegatnya: "Bukan Suster, tidak ada yang sakit. Saya ini mau menawarkan diri minta pekerjaan saya kembali". "Oh begitu, baiklah minggu depan kita mulai lagi," kata Suster tersebut.


Pasutri Hendra-Susy

No comments