Latest News

'

Mengapa Aku ?


Pada waktu seseorang mendapat sakit ataupun musibah biasanya akan mengeluh, memprotes Tuhan. Mengapa aku harus menerima ini? Padahal hidupku cukup baik, cukup bedoa, cukup beramal, cukup segala-galanya. Pendeknya, bisa dikatakan, kurang apa aku? Dosa apa ya aku? Bahkan, bukan hanya dari diri sendiri saja yang protes, orang lain juga kadang-kadang bersimpati atau iba. Mengapa orang sebaik itu bisa mengalami kejadian yang sedemikian. Dimanakah keadilan Tuhan? Biasanya kata-kata klise yang menghibur adalah: Tuhan punya rencana yang indah dibalik itu.

Saya pernah mendengar suatu ceramah di televisi, ada yang menanyakan demikian: "Mengapa doa saya tidak pernah dikabulkan meskipun sudah berdoa setiap hari?". Lalu jawab si penceramah: "Coba ingat-ingat, apakah kita kurang kasih terhadap orang tua, kurang kasih terhadap saudara, lebih-lebih terhadap sesama?". Bagi saya jawaban itu sangat mengena. Seakan-akan menyuruh kita mengintropeksi diri: Siapa sih orang yang sudah merasa penuh dengan semuanya? Siapa sih orang yang tidak pernah berbuat salah? Meskipun ceramah tadi dari mimbar agama lain, saya kira hal itu sangat identik dengan ajaran Yesus. Bukankah Yesus pernah bersabda: "Apapun yang kau minta akan Kupenuhi, asalkan kamu mengikuti semua perintah-Ku".

Sejak mendengar ceramah tadi saya belajar menerapkannya. Bila terjadi sesuatu yang tidak menggenakan, saya mulai mengintropeksi diri sendiri: Apa saja salahku selama ini? Bila sajasuatu saat anak mencela aku, aku jadi teringat bahwa dulu aku juga kadang-kadang mencela orangtuaku. Bila ada orang yang menjelek-jelekkan aku, yah mungkin saja aku juga pernah berbuat begitu kepada orang lain.

Jadi kalau kita mengatakan: "Dosa apa ya aku?" Sebenarnya hal itu sangatlah tepat. Cuma seringkali kita mengucapkannya tidak dengan tulus mencari dosa, tetapi seakan-akan seperti menantang Tuhan, tidak terima mengapa hal itu terjadi, padahal saya rasanya tidak berdosa. Apa sih dosaku?

Saya tertarik tentang suatu kisah seorang juara tenis dunia tiba-tiba sakit yang tidak dapat diobati. Orang-orang sekitar berkata: "Mengapa kamu yang harus menerima seperti ini?". Lalu apa jawab sang juara itu? Sangat menakjubkan: "Mengapa Tuhan tidak memilih orang lain yang menjadi satu-satunya juara dunia melainkan aku?". Jadi dia merasa Tuhan sangatlah adil.

Ada lagi kisah seorang nenek yang berusia 96 tahun, sangat sehat, tidak pernah sakit seharipun. Tiba-tiba dia divonis kanker ganas. Lalu dia memprotes, "Kenapa aku yang selama ini tidak pernah sakit, tiba-tiba bisa sakit begini?". Bukannya dia mensyukuri yang diberikan Tuhan selama 96 tahun, malahan memprotes. Kalau demikian, siapakah yang tidak adil? Dia atau Tuhan?


Pasutri Hendra-Susy

No comments