Latest News

'

Menyelesaikan persoalan dalam kehidupan perkawinan


Beruntunglah pasangan muda Indonesia yang tinggal jauh dari orangtuanya. Mengapa saya katakan beruntung ? Sudah menjadi kebiasaan sejak jaman dahulu (mudah-mudahan sekarang tidak), bila ada pertengkaran dalam keluarga biasanya kita kaum hawa kalau sudah mentok larinya pulang ke rumah orangtua. Nah disitulah keuntungannya. Kalau pasangan muda ini tinggal dekat dengan orang tuanya, mau pulang mereka cukup naik becak saja sampai. Kalau tinggal jauh mau naik apa? Jangan-jangan nunggu waiting list pesawat terlebih dahulu untuk berbaikan lagi. Nah untung bukan? Paling tidak sekian ratus ribu Rupiah bisa diselamatkan.

Padahal acara mutung pulang ke rumah orang tua termasuk salah satu pantangan dalam perkawinan. Masih ingat salah satu pesan dalam kursus perkawinan? Bahwa segala masalah harus diselesaikan di atas tempat tidur.

Mungkin karena saya termasuk produk lama belum mengenal kursus perkawinan, jadi saya termasuk salah satu pelanggar pantangan itu.

Usia perkawinan kami saat itu baru berumur 2 tahun. Kehidupan perkawinan kami yang diawali dengan masa pacaran 5 tahun sangatlah harmonis. Kemana-mana selalu bersama, termasuk main ke rumah orang tua kami selalu bersama. 

Suatu hari suami sedang getol-getolnya belajar tenis, sehingga dia tenis dari pagi sampai sore baru pulang. Saya demikian kesal, sehingga waktu dia mandi dengan diam-diam saya pergi ke rumah orang tua dan main di sana sampai malam dengan harapan dia akan menjemput pulang.

Orangtua sempat curiga menanyakan, saya jawab nanti sebentar lagi pasti datang. Hari bertambah larut, untunglah mereka orang yang bijaksana, sehingga saya diantar pulang. Saya pergi dengan tujuan menunjukkan kekesalan saya, dengan harapan nanti dijemput sehingga saya merasa diri saya dibutuhkan. Mau pasangan harga diri malah jatuh. Enggak dijemput malah pulang sendiri. Nah rasain lu. Semenjak itu saya tidak berani lagi acara-acara mutung pulang.

Dengan bertambahnya usia perkawinan, sayapun lebih matang dalam menyelesaikan masalah. Sekarang lingkupnya bertambah sempit, kalau sedang ada masalah sayang nggak brani meninggalkan rumah begitu saja.

Dalam rumahpun kalau pindah ke kamar lain juga termasuk pantangan lho, namanya pisah ranjang. lingkup saya persempit. Kalau marah sudah tidak tertahankan, saya tidak mau tidur seranjang lagi, tapi saya tidur kebawah tempat tidur. Dengan harapan dia akan membujuk untuk naik. Mula-mula demikian. Lama-kelamaan kalau sudah bolak-balik dibujuk tetap tidak mau akhirnya saya benar-benar ditinggal tidur.

Dari bawah tempat tidur saya pelan-pelan mengintip dia, enak bener ya tidur di atas kasur yang empuk sementara saya di lantai yang dingin. Rugi amat, lalu pelan-pelan saya naik ke tempat tidur kembali.

Nah, harga diri jatuh lagi bukan? Akhirnya saya baru sadar kita tidak boleh lari dari persoalan. Persoalan tidak boleh dihindari, tetapi harus diselesaikan. Dan tempat yang paling tepat adalah tempat tidur kita berdua.


Pasutri Hendra-Susy

No comments