Latest News

'

Renungan 8 Oktober 2018, Luk 10:25-37


Perikop Injil ini berkisah mengenai kisah orang Samaria yang baik hati. Pokok persoalan yang diajukan oleh ahli kitab kepada Yesus dalam kisah ini adalah apa yang harus dilakukan untuk memperoleh hidup yang kekal. Dari dialog dengan Yesus itu, nampak jelas bahwa ahli kitab itu tahu jawabannya tapi tentang mengasihi sesamanya itu masih terbatas pada sesamanya sendiri saja. Karena itu ia bertanya kepada Yesus : "Dan siapakah sesamaku itu?". Yesus tidak langsung memberikan jawaban atas pertanyaan itu tapi justru bercerita tentang seseorang yang dirampok dan ditinggalkan di tengah jalan. Ada tiga orang yang lewat dan melihatnya. Baik Imam maupun Lewi tidak memberikan pertolongan apa pun kepadanya tapi justru orang Samarialah yang menolongnya. Padahal di antara orang Yahudi dan Samaria terjadi permusuhan sejak Kerajaan Asyur menguasai Israel. Orang Samaria dianggap tidak murni lagi hidup keagamaannya karena sudah terpengaruh oleh bangsa asing/kafir. Karena itu mereka dimusuhi. 

Belas kasih dan pertolongan orang Samaria terhadap orang Yahudi yang dirampok itu, sungguh luar biasa karena melampaui segala permusuhan yang selama itu terjadi. Orang Samaria mampu mengatasi kebencian, harga diri, keegoisan dan kepentingan dirinya. Dia mau menjadikan "musuhnya" itu sebagai sesamanya yang harus dibelas kasihi. 

Dengan kisah ini Yesus mau mengatakan kepada kita bahwa jika ingin memperoleh hidup yang kekal hendaklah kita seperti orang Samaria yang baik itu. "Pergilah dan lakukanlah demikian". Jangan ada lagi permusuhan di antara kita. Berbaik hatilah dengan semua orang tanpa kecuali. Kita semua bersaudara.

Sayangnya karena kepentingan politik, agama, bisnis dan lainnya, perintah Yesus ini kerap tidak terlaksana. Org makin menjadi eksklusive dan terkotak-kotak satu sama lainnya. Bisakah kita sebagai satu bangsa, satu Gereja melakukan hal yang sama seperti orang Samaria itu?

(Rm Y. Suratman)

No comments