Latest News

'

Renungan 5 Oktober 2018, Ayub 38:1,12-21;40:3-5


"Maka jawab Ayub kepada Tuhan, "Sesungguhnya aku ini terlalu hina; jawab apakah yang dapat kuberikan kepadaMu? Mulutku kututup dengan tangan. Satu kali aku berbicara tetapi tidak akan kuulangi; bahkan dua kali, tetapi tidak akan kulanjutkan"" (Ayub 40:3-5).

Tuhan menanggapi Ayub yang dirundung derita. TanggapanNya luar biasa. Ia memaparkan kemahakuasanNya kepada Ayub. "Apakah engkau mengerti luasnya bumi? Nyatakanlah kalau engkau tahu semuanya itu" (Ayub 38:18). Tetapi yang menarik adalah walaupun kemahakuasaNya dipaparkanNya, Ayub tetap dibiarkan oleh Tuhan tanpa penjelasan atas penderitaannya. Penderitaannya tetap menjadi misteri baginya walaupun Tuhan itu mahakuasa dan mampu berbuat apa pun termasuk menghalau segala kejahatan. Tuhan tetap membiarkan kejahatan dan penderitaan itu selalu ada di dunia ini. Inilah yang bisa membuat kita menjadi frustrasi karena misteri penderitaan dan kejahatan itu tak terjawab. 

Pertempuran antara Tuhan dan Iblis, yang berkaitan dengan pencobaan Ayub, dimenangkan oleh Tuhan. Ayub tak tergoda untuk menyeleweng atau pun mengutuk Tuhan. Namun kejahatan dan penderitaan tetap dibiarkan menjadi sebuah kenyataan, baik secara sengaja maupun tak sengaja.

Keteladanan Ayub mengajak kita untuk tetap setia dalam penderitaan walaupun kita bisa protes dan mempertanyakan banyak hal tentang penderitaan itu. Di sinilah kita mendapatkan "ujian" untuk memurnikan iman dan kesetiaan kita kepada Tuhan. Tuhan memberikan kebebasan kepada kita untuk memilih Tuhan atau mengikuti jalan lain. Dan walaupun kita memilih Tuhan, hal itu tidak berarti bahwa semuanya enak dan mudah. Jalan untuk mengikuti Tuhan ternyata jalan salib. Dan jika kita tetap setia di jalan salib yang penuh dengan derita itu, kita akan menang dan Allah akan memberikan jalan keluar. "Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan jalan keluar sehingga kamu dapat menanggungnya" (1 Kor 10,13). Dan kita lebih dikuatkan lagi berkat janji penebusan oleh Kristus. So, setialah seperti Ayub.

(Rm Y. Suratman)

No comments