Latest News

'

Minggu Biasa 27/B : Mau menjadi saluran rahmat atau batu sandungan?


Tuhan memuaskan kita dengan berbagai karunia-Nya, apa yang kita buat dengan karunia-karunia itu? Apakah kita membagikannya kepada semua orang atau justru memberikannya hanya untuk kelompok kita sendiri, kepada mereka yang berbagi pendapat yang sama dengan kita? Apakah kita menjadi saluran rahmat atau justru menjadi batu sandungan bagi orang lain?

Persiapan
"Sabda-Mu, ya Tuhan, adalah kebenaran; dalam kebenaran-Mu, kuduskanlah kami"(Missale Romanum).

Observasi
Dalam Injil hari minggu ini (Mrk 9:38-43.45.47-48), kita dapat menemukan pertentangan antara dua kelompok orang yang berbeda. Ada kelompok Dua Belas dan kelompok orang-orang luar yang ternyata dianugerahi juga karunia yang sama dengan kelompok Dua Belas untuk melakukan mukjizat. Kelompok orang-orang luar ini dianggap "kecil", karena mereka tidak termasuk dalam lingkaran dekat Yesus, tetapi mereka tetap ingin datang kepada-Nya. Dalam situasi inilah Yesus Kristus berbicara soal kecenderungan orang-orang pada umumnya untuk menganggap diri sebagai penguasa karunia ilahi, sehingga mereka ini merasa mempunyai hak untuk membuat penilaian atas ungkapan-ungkapan iman orang lain. Bagi Yesus, kebebasan Allah yang memberi kepada karunia dan kerahiman siapa pun yang dikehendaki-Nya dan bertindak melampaui batas-batas yang ditetapkan oleh manusia, justru merupakan sumber kekaguman, syukur dan pujian. Dan manusia pun diundang untuk membuka diri bagi karya Roh Kudus dalam hidupnya. Karena itu Yesus berkata : "Jangan mencegah mereka."

Meditasi
Bacaan pertama (Bil 11:25-29) dan kedua (Yak 5:1-6) minggu ini mengangkat tema yang sama terkait dengan karunia-karunia Allah. Yosua muda cemburu dengan karunia istimewa Eldad dan Medad, ia kesulitan mengakui bahwa Allah dapat bertindak melalui orang-orang yang tidak ditetapkan secara kelembagaan untuk pelayanan kenabian. Sedangkan orang-orang kaya yang dikecam oleh Yakobus, mereka memiliki semangat egois dan eksklusif yang membuat mereka mengabaikan hukum kasih dan karenanya justru memberikan kesaksian yang berlawanan dengan perintah Tuhan. Maka marilah kita bertanya pada diri kita sendiri -karena tak ada seorang pun yang dapat menjawabkannya bagi kita- : sungguhkah kita telah membuka diri bagi karunia Allah dan menjadi bijaksana dalam terang Firman-Nya dengan doa dan dialog? Jawabannya memang tidaklah sederhana. Namun kita mau menjadi seperti Kristus sendiri yang tidak pernah mempertahankan karunia-karunia Bapa hanya dalam kelompok eksklusif saja, namun membiarkan kebaikan, kebajikan, kasih karunia pembebasan, dan hidup-Nya sendiri untuk dibagikan bagi keselamatan semua orang. Dengan cara yang sama, Dia menyambut "si kecil", menolak perilaku yang mengucilkan, dan Ia pun menawarkan kepada semua orang untuk hidup dalam Roh Kudus.

Doa
Lindungilah hamba-Mu dari kecongkakan, jangan sampai aku dikuasai olehnya. [...] Semoga Engkau berkenan akan ucapan mulutku dan renungan hatiku, ya TUHAN, gunung batuku dan pembelaku. (bdk. Mzm 19:14.15)

(Rm. Dimas Danang A.W.)

No comments