Latest News

'

Anak Emas


Apakah anda pernah menjadi "anak emas"
atau melihat suatu pengalaman tentang "anak emas" ?

Waktu saya masih SD ada seorang murid yang sangat disayang oleh sang guru. Apapun yang dilakukannya selalu benar dimatanya. Suatu kali di kelas kami disuruh saling koreksi pekerjaan. Pekerjaan saya dikoreksi olehnya dan yang menurut saya benar ternyata disalahkan olehnya. Saya laporkan kepada guru tersebut dan ternyata tetap dia yang dibetulkan. Saya amat terpukul karenanya. Dalam hati saya menggerutu. Dasar "anak emas".

Memang enak sekali menjadi anak emas, sehingga banyak sekali para murid akan berusaha untuk disayang, misalkan dengan rajin belajar, patuh, bahkan berusaha mengambil hati sang guru, misalkan dengan membawakan tasnya, bahkan disuruh apapun malah senang.

Meskipun di kelas saya bukan "anak emas", dalam keluarga saya menjadi "anak emas". Kenapa saya demikian disayang? Padahal sebagai anak kecil tentu saya tak luput dari kenakalan. Suatu hari saya mencuri dengar, ayah saya sedang memuji-muji dihadapan ibu saya bahwa saya memang patut disayang karena saya berani minta maaf bila sampai berbuat kesalahan, sedangkan saudara-saudara saya yang lain tidak.

Tanpa kusadari ternyata saya juga menjadi "anak emas" Tuhan. Rasanya tidak banyak yang saya perbuat untukNya. Namun demikian Tuhan begitu menyayangi diriku. Saya kira kita semua harus merasa bahwa kita adalah "anak emas" Tuhan.

Lalu apa yang harus kita perbuat selanjutnya untuk mempertahankan agar kita tetap menjadi anak kesayanganNya?

Dengan pengalaman masa lampau dalam keluarga, saya selalu berpatokan : cepat-cepatlah bertobat bila kita terlanjur berbuat salah.

Waktu saya studi di luar kota dan tinggal di asrama, ada juga seorang murid yang menjadi "anak emas" Kepala Asrama. Suatu hari saya sangat terkejut ketika melihat Kepala Asrama menghajar dia habis-habisan. Lho kok bisa demikian? Padahal murid yang lain selalu iri melihat dia sangat disayang.

Ternyata dia berbuat kesalahan besar, sehingga Kepala Asrama sangat malu terhadap murid-murid yang lain. "Anak emas" koq bisa berbuat demikian, dan juga dia ingin menunjukkan bahwa dia tidak pilih kasih, buktinya di tetap menghukum bila ada kesalahan.

Dari pengalaman itu pula saya berkesimpulan: meskipun kita telah menjadi "anak emas" Tuhan, tetap waspadalah jangan sampai membuat Tuhan murka seperti Kepala Asrama tersebut.


Pasutri Hendra-Susy

No comments