Suran Paroki HKY Mengangkat Kekhasan Tegal
Mengusung tema "Nyawiji nang Bumi, Agung nang Paguyuban" atau "Bersatu dengan Bumi, dalam Paguyuban" umat
paroki Hati Kudus Yesus merayakan tahun baru Jawa dengan menggelar wujud
syukur. Sebagai wujud komunitas umat beriman maka dirayakanlah ekaristi. Berbagai jenis jajanan khas daerah
Tegal seperti orog-orog, bongko pisang, kacang bugares, jalabia,kipas, alu-alu,
tahu aci, kesemuanya berjumlah 12 dan nasi bogana, nasi langgi serta nasi
lengko dan 15 tumpeng kecil dari masing-masing lingkungan stasi, dibawa sebagai
persembahan umat untuk mengangkat kekhasan bumi Tegal. Selain itu, umat yang hadir mengenakan baju
batik atau baju khas Tegalan. Didukung pula para pelayan ekaristi menggunakan
pakaian tradisional.
Wujud syukur itu pula diawali dengan fragmen keluarga
dengan dialek khas Tegal. Serta melibatkan imam asli Tegal yang memberikan
renungan tentang perayaan ini. Rm Agung Pratjajanto, imam asli Tegal
menggunakan dialek khas Tegalan dan didampingi oleh rm Dwiyantoro dan Rm Juhas
Irawan. Tarian dari komunitas sekolah Pius Tegal mengiringi perarakan pelayan
liturgi dan perarakan persembahan.
Selanjutnya, syukuran yang mengangkat kekhasan Tegalan
ini, dimeriahkan oleh kesenian calung dari kelompok "laras swara". Bertempat
di halaman gereja, calung laras swara langsung mendendangkan lagu-lagu
menyambut ratusan umat yang telah mengikuti misa syukur. Di sela-sela itu, umat langsung menikmati
hidangan berupa berbagai nasi khas Tegalan yang disediakan di pondokan-pondokan
serta aneka jajanan tradisional.
Berbagai penampilan dari TK Pius, SD Pius, solo vokal yaitu
Jovelyn dari SD PHB dan Clarissa dari SMP Pius menambah semarak perayaan
suronan ini. Tidak ketinggalan persembahan nyanyian dari ibu-ibu St Monika paroki HKY dan Paduan Suara Indonesia Pusaka,
yang merupakan paduan suara lintas agama
kota Tegal. Mereka menutup rangkaian perayaan suran ini.
"Perayaan ini mengajak umat untuk menyadari bahwa
hidup bersama di bumi Tegal, tidak perlu membawa bawa kelompok, golongan, suku
dan agama. Suran ini meneguhkan kita bersama akan lingkungan kita berada. Ada
yang khas dari bumi Tegalan ini dan itulah yang perlu kita lestarikan."
demikian sambutan singkat romo paroki dalam kesempatan perayaan tersebut.
"Karenanya sebagai orang yang hidup di bumi, kita perlu menjaga
keharmonisan dengan bumi dan alamnya, menjaga kelestarian lingkungan agar tidak
makin membawa krisis, dan menghormati sesama kita. Maka terimakasih banyak
untuk semua yang terlibat baik dari kalangan komunitas pendidikan, komunitas
lintas agama dan budaya." lanjutnya.
Ibu Yustin, selaku ketua panitia, mengungkapkan rasa
syukurnya karena dilibatkan dalam kepanitiaan. Kendati bukan berasal dari
lingkungan Jawa (Tegal) tetapi dukungan panitia lain menguatkannya untuk
menyelenggarakan kegiatan suran ini. "Kita melibatkan kelompok-kelompok
baik dari sekolah, lingkungan dan masyarakat luar untuk mewujudkan
keharmonisan paguyuban kita.Ini semua menjadi persembahan kita sebagai salah
satu semangat suran kita." Begitulah ungkapnya seraya ikut serta
membereskan tempat yang berlangsung sejak pk 18.00 dan berakhir pk 21.30.
No comments