Minggu Adven II/C: Pertobatan sebagai sukacita untuk kembali kepada Allah
Pada Minggu Adven yang
kedua ini, Bacaan Injil (Luk 3:1-6) menampilkan sosok Yohanes Pembaptis untuk
memanggil kita kepada pertobatan. Luk 3:1-2
memperkenalkan terlebih dahulu nama-nama tokoh politik dan kemudian tokoh
religius yang menjadi konteks ketika “datanglah firman Allah kepada Yohanes,
anak Zakharia, di padang gurun”. Ini adalah rumusan yang sama persis dengan
rumusan yang digunakan dalam Alkitab untuk Yeremia (Yer 11:1) dan Hosea (Hos
1:1). Rupanya Lukas ingin menyajikan kepada kita sejak awal bahwa Yohanes
Pembaptis adalah benar-benar seorang Nabi, bahkan pewartaannya sudah
dinubuatkan oleh Nabi Yesaya (bdk. Luk 3:4). Yohanes Pembaptis pergi ke seluruh
daerah Yordan dan menyerukan: “Bertobatlah dan berilah dirimu dibaptis dan
Allah akan mengampuni dosamu” (Luk 3:3). Dengan demikian, Yohanes Pembaptis
memenuhi misi sejati para nabi, sebab pertobatan selalu menjadi tema pewartaan
para nabi. Pertobatan ini menjadi persiapan menuju saat ketika “semua orang
akan melihat keselamatan yang dari Tuhan” (Luk 3:6). Bertobat? Apa maksudnya?
Dalam bacaan pertama
minggu ini (Bar 5:1-9), dengan menggunakan ungkapan-ungkapan yang terkait
dengan pernak-pernik kerajaan, Nabi Barukh menggambarkan pertobatan sebagai
sukacita untuk kembali kepada Allah. Kembali kepada Allah merupakan suatu
kemenangan atas kesedihan, kesengsaraan dan ketidakadilan. Pembebasan semacam
ini bisa dibandingkan dengan suatu perarakan di jalan yang lurus, terlindung
dan aman. Maka, warta pertobatan adalah juga warta penghiburan yang didasarkan
harapan bahwa Allah akan menuntun umat-Nya dengan sukacita (bdk. Bar 5:9).
Hanya Allah sendirilah yang mampu melakukan pembebasan semacam ini. Karena itu,
kembalinya kita kepada Allah hanya bisa terjadi dalam iman. Artinya, karya
Allah ini mengundang jawaban manusia untuk menanggalkan pikiran-pikiran yang
mengekang batin dan membiarkan diri dipimpin oleh Allah sendiri.
Lalu, bagaimana cara kita
“bertobat”? Pertama-tama, marilah kita mengingat semua yang telah dilakukan
Allah bagi kita dan sukacita yang telah Dia sampaikan kepada kita: “Tuhan telah
melakukan perkara besar kepada kita, maka kita bersukacita!” (Mzm 126). Kita
diundang untuk mengakui Allah sebagai satu-satunya Penyelamat kita. Dia
sendirilah yang dapat membuat kita kembali kepadaNya meskipun kita mempunyai
banyak kesalahan dan cacat cela. Kita diundangNya untuk mulai meniti jalan yang
telah Dia buat untuk kita. Kemudian, dan sebagaimana dianjurkan Paulus kepada
jemaat di Filipi (bdk. Flp 1:4-6.8-11), marilah kita berdoa kepada Tuhan untuk
membantu kita memahami apa yang penting dalam hidup ini. Abaikanlah apa yang
mencerai-beraikan dan mengacaukan kita dalam perjalanan kita kembali kepada
Allah. Pertobatan juga merupakan harapan. Maka, mohonkanlah kepada Allah agar kita dapat “memilih apa yang baik supaya
[kita] suci dan tak bercacat menjelang hari Kristus” (Flp 1:10). Marilah kita bergabung dalam persekutuan umat
beriman, dalam perayaan Ekaristi, perayaan Sakramen Rekonsiliasi, pertemuan
pendalaman iman di lingkungan/KBG, maupun juga dalam pelayanan bersama. Kita
membutuhkan Gereja sebagaimana Gereja pun membutuhkan kita untuk menjaganya
tetap hidup.
(Rm. D. Dimas Danang A.W.)
No comments