Latest News

'

Renungan 9 November 2018


"Tetapi yang dimaksudkan Yesus dengan Bait Allah ialah tubuhNya sendiri" (lih. Yoh 2, 13-22).

Bacaan Injil pada hari ini mengisahkan tentang Yesus yang membersihkan Bait Allah dari para pedagang karena kekudusan Bait Allah telah ternodai. Hal ini mengingatkan kita bersama bahwa kekudusan Bait Allah dan tempat-tempat ibadah lainnya itu pertama-tama tidak tergantung pada kemegahan bangunannya tapi dari kekudusan manusianya itu sendiri. Bait Allah adalah tempat hadirnya Allah. Dan Bait Allah yg sesungguhnya adalah Yesus Kristus yang telah wafat dan bangkit. Dan karena bersatu dgn Kristus, kita juga menjadi Bait Allah. Rasul Paulus juga telah menegaskan bahwa kita adalah bait Allah. "Tidak tahukah kalian bahwa kalian adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah tinggal di dalammu?" (lih. 1 Kor 3, 16-17).

Permenungan tentang Bait Allah ini ditawarkan kepada kita pada hari ini di saat Gereja katolik merayakan pesta Pemberkatan Basilika St. Yohanes Lateran di Roma. Basilika ini pada awalnya menjadi tempat tinggal paus sebagai pimpinan Gereja katolik sebelum berpindah di Basilika Santo Petrus. Semangat yang hendak dirayakan dengan pesta ini adalah universalitas Gereja Katolik dengan paus sebagai pemersatunya. Dalam pengakuan iman rasuli ditegaskan bahwa Gereja itu satu. Kita adalah satu di dalam tubuh Kristus dan Kristus sebagai Kepalanya. Tapi semangat utk mempersatukan diri dengan semuanya ini tergantung dari pribadi-pribadi kita sendiri yang adalah Bait Allah. Kita bisa bersatu dengan siapa pun jika kita berani keluar dari diri sendiri. Maka pertanyaannya adalah apakah kita berani keluar dari keegoisan kita sendiri supaya mampu mempersatukan diri dengan yang lain? 

Menghayati kesatuan Gereja, sebetulnya juga mengajak kita untuk bersemangat "act locally and think globally". Kita menghidupi iman kita dalam konteks lokal dimana kita hidup namun tidak meninggalkan warisan iman yang diteruskan oleh para rasul di sepanjang zaman. Dan para rasul itu di dalam Gereja Katolik, diteruskan oleh paus dan para uskup. Mereka disebut pengganti-pengganti para rasul. Dengan demikian hakekat Gereja sebagai persekutuan umat beriman benar-benar menjadi semakin terwujud.

(Rm Y. Suratman)

No comments