Renungan 7 November 2018

"Demikian pulalah tiap-tiap orang di antara kamu yang tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya tidak dapat menjadi muridKu" (Luk 14:33).

Seorang guru meditasi memberi instruksi kepada muridnya hanya berkata, "Duduklah di sana dan lepaskanlah semuanya". 

Meditasi adalah sebuah latihan rohani untuk menjalin komunikasi dengan Tuhan. Meditasi akan terlaksana dengan baik jika orang berani jujur dengan diri sendiri dan memiliki hati serta pikiran lepas bebas. Sikap lepas bebas, membantu orang dengan lebih mudah membaktikan dirinya sepenuhnya.

Sebagai contoh mengenai sikap lepas bebas ini bisa kita lihat pada seekor burung yang sedang berkicau. Burung itu waktu berkicau bisa mengerahkan seluruh dirinya : badan dan jiwanya. Semua bagian tubuhnya ikut bernyanyi. Kedua sayap dan ekor serta bagian tubuh lainnya pun ikut bergerak. Dia melakukan semuanya itu bukan karena diminta, ditonton atau ingin jadi populer serta bukan karena sedang mabuk tapi hanya karena ingin berkicau. 

Yesus meminta kita agar memiliki sikap lepas bebas dalam mengikutiNya. Yaitu memiliki sikap seperti burung saat berkicau: tampil apa adanya dan mampu melakukan segala sesuatu dengan tulus hati. 

Kadang-kadang dalam melakukan segala sesuatu kita masih kurang tulus. Kita masih melakukannya karena ingin mengharapkan pujian, pengakuan, popularitas, dll. Maka tidak heran bila yang kita lakukan itu tidak mendapat sambutan, kita menjadi kecewa. Kekecewaan itu sebetulnya merupakan sebuah tanda bahwa kita masih kurang bisa lepas bebas dalam bertindak. Orang yang memiliki sikap lepas bebas, walaupun tidak mendapatkan sambutan, tidak akan kecewa. Dia akan menjadi nyaman apapun reaksi orang-orang di sekitarnya. Itulah bahagianya orang-orang yang semakin bersikap lepas bebas. Dia bisa berdamai dengan dirinya sendiri maupun dengan orang lain dan tentu juga dengan Tuhan.

Dalam hal-hal apa saja, saya masih perlu belajar melepaskan diri supaya saya makin menjadi tulus dan bahagia dalam setiap pelayananku? 

(Rm Y. Suratman)