Latest News

'

Renungan 6 November 2018, Fil 2:5-11


Perikop hari ini menggambarkan kepercayaan Kristiani yang fundamental. Allah menjadi manusia di dalam Yesus Kristus dan Ia memberikan diriNya hingga wafat di kayu salib lalu kembali hidup mulia. 

Dalam studi tentang Kristologi, ada berbagai keyakinan dan krontroversi mengenai Kristus. Ada yang menyatakan bahwa Kristus itu hanya manusia biasa saja dan bukan Allah. Ada juga yang menyatakan bahwa Ia itu sebetulnya Allah yang tampil seolah-olah seperti manusia dan tidak mati disalibkan tapi langsung diangkat ke sorga. Berbagai keyakinan dan kontroversi ini menjadi bagian dalam sejarah Gereja yang terus menerus ingin menempatkan Kristus sebagai sungguh Allah dan sungguh manusia.

Ungkapan "bahkan sampai wafat di kayu salib", menunjukkan bahwa bentuk kematian Yesus itu pada awal kekristenan sebetulnya merupakan sebuah skandal. Hukuman salib adalah bentuk eksekusi dari orang-orang Romawi bagi penjahat kelas kakap. Nah, bagaimana mungkin Yesus yang dihukum salib itu adalah seorang Mesias dan Penyelamat? Rasul Paulus memang melihat bahwa kematian Yesus itu adalah korban ketidakadilan dari otoritas yang jahat. Namun Yesus menghadapi kejahatan dan kekerasan itu sebagai sarana untuk memberikan diriNya. Dengan demikian hendak diajarkan bahwa hanya dengan pemberian dirilah, kehidupan yang menyelamatkan itu terwujud. Sementara kejahatan dan kekerasan justru membinasakan.

Point pokok surat Rasul Paulus ini adalah bagaimana mengatasi perpecahan dan pertentangan di antara jemaat. Hal itu bisa teratasi bila setiap jemaat menaruh cara  hidup seperti Kristus yang rela memberikan diriNya hingga wafat di salib. 

Jika ternyata sampai sekarang jemaat-jemaat Kristiani masih terus terpecah-pecah, berarti kita masih perlu bekerja keras lagi untuk meneladani pengorbanan Kristus itu. Nampaknya kita masih jauh dari  sepikiran dan seperasaan dengan Kristus. Atau jangan-jangan kita malah mungkin sudah merasa dekat dengan Kristus? 

(Rm Y. Suratman)

No comments