Latest News

'

Minggu Biasa 29/B : Menjadi besar karena melayani, terkemuka karena menjadi hamba


Yesus menanggapi dengan serius ambisi murid-muridnya, Yakobus dan Yohanes, akan kekuasaan. Namun tanpa menghakimi, Ia menawarkan kepada para murid-Nya sebuah cara hidup : melayani.

Persiapan
"Peliharalah aku seperti biji mata, sembunyikanlah aku dalam naungan sayap-Mu" (Mzm 17:8).

Observasi
Ajaran Yesus dalam perikop Injil yang dibacakan pada hari Minggu Biasa XXIX/B ini (Mrk 10:35-45) membahas tentang keinginan untuk berkuasa. Ia berbicara tentang peran yang diinginkan banyak orang dalam suatu kelompok, tempat tinggi yang dikehendaki dalam suatu hierarki/jabatan. Yesus menanggapi dengan sangat serius masalah yang selalu terkait dengan relasi antar pribadi ini. Ia tidak pernah mencela keinginan orang akan keberhasilan dan kesuksesan pribadi, Ia juga tidak menilai secara negatif dan tidak mempertanyakan ambisi semacam ini. Sebaliknya, Yesus memperhatikannya dan menawarkan sebuah jalan untuk mewujudkannya dengan benar. Siapa pun yang ingin memiliki posisi/jabatan tinggi, atau siapa pun yang berusaha memilih tempatnya sendiri, harus mulai dengan merendahkan dirinya sendiri. Ajaran ini tidak dimaksudkan untuk memandang rendah hasrat terdalam manusia akan kekuasaan, tetapi untuk memungkinkan manusia mencapai ambisi tersebut dengan cara yang baik. Yesus menawarkan jalan untuk mencapai posisi tinggi tanpa menghancurkan atau membahayakan baik diri sendiri maupun semua orang lain yang suatu hari akan berada di bawah kekuasaannya: "Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu,  dan barangsiapa ingin menjadi yang terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya" (Mrk 10:43-44). 

Meditasi
Ajaran ini memanfaatkan hasrat manusia akan kekuasaan sebagai sarana pemenuhan eksistensi diri. Dalam pandangan umum, kekuasaan tidak dianggap berkaitan dengan karisma pribadi, tetapi dianggap sebagai tempat/posisi yang diduduki dalam suatu organisasi. Yesus melihat bahwa jika kita hanya sekedar mencari posisi dan kekuasaan, hal itu akan menjadi berbahaya. Sebab jika demikian, segala cara akan dilakukan demi mencapai kekuasaan, dan kita pun tidak peduli apakah cara kita mencapai ambisi/cita-cita kita itu menghancurkan atau mempermalukan orang lain. Maka Yesus pun menawarkan kepada para murid-Nya sebuah jalan yang memberikan keseimbangan, yaitu "menjadi besar karena melayani, terkemuka karena menjadi hamba". Yesus sendiri memberikan teladan dengan pelayanan yang dilakukan-Nya : "Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang" (Mrk 10:45). 

Pada awal kehidupan publik-Nya, ketika sedang berpuasa dan menyepi di di padang gurun, Yesus mengalami godaan-godaan akan kekuasaan dan mengabaikan Allah : mengubah batu menjadi roti, terjun dari bubungan Bait Allah, dan mendapatkan semua kerajaan dunia (bdk. Mat 4:1-11). Itulah sebabnya mengapa orang yang ingin menjadi pemimpin harus siap untuk mengidentifikasi terlebih dahulu dan kemudian menolak semua godaan-godaan kekuasaan dalam dirinya. Yesus menawarkan praktik pelayanan sebagai cara untuk mendidik diri kita sendiri agar jangan sampai kita menghancurkan orang lain. Tanggung jawab yang lebih tinggi mensyaratkan adanya persiapan pribadi dan mendalam yang hanya akan tercapai dengan suatu proses tanpa henti : "melayani dan menjadi hamba".

Doa
"Ke dalam tangan-Mulah kuserahkan nyawaku; Engkau membebaskan aku, ya TUHAN, Allah yang setia." (Mzm 31:6)

(Rm. D. Dimas Danang A.W.)

No comments