Latest News

'

Renungan 13 September 2018, Luk 6:27-38


"Kasihilah musuhmu, berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu... Hendaklah kamu murah hati sama seperti Bapamu adalah murah hati" (Luk 6:27.36).

Tanpa cinta kasih, kehidupan manusia tidak akan pernah menjadi lebih baik. Cinta kasihlah yang membuat segala sesuatu menjadi baik. Bahkan cinta kasih mampu mematahkan dan mengakhiri rantai kekerasan. 

Mengasihi ditawarkan oleh Yesus menjadi suatu cara hidup anak-anak Allah. Yesus tidak pernah berkata, "Binasahkanlah musuh-musuhmu karena mereka itu adalah musuh Allah". Sebaliknya Ia berkata, "Kasihilah musuhmu... Jangan menghakimi...Ampunilah...". Mengasihi itu adalah tindakan ilahi karena Allah adalah kasih. Maka siapa pun yang tidak mengasihi, tidak mengenal Allah (bdk. 1 Yoh 4:8). 

Bagaimana dengan diri kita yang telah diangkat menjadi anak-anak Allah berkat sakramen pembaptisan dan sakramen-sakramen lainnya? Sudahkah kita itu belajar saling mengasihi? 

Kita tahu dari pengalaman sehari-hari bahwa kasih itu lebih mudah dikatakan dari pada dilakukannya. Kasih itu tidak akan pernah dilakukannya jika kita hanya melihat terus orang-orang yang melukai kita dan melihat luka-luka yang kita alami. Kita diundang untuk melihat diri kita sendiri dan belajar mengolah luka-luka itu sebelum kita mengungkapkan rasa sakit hati itu kepada orang yang melukai kita. Kita belajar mengendalikan diri dan berhenti untuk menghakimi atau mengkambinghitamkan orang lain. Sebab selama kita masih melihat orang lain itu sebagai musuh, kita tidak akan pernah dapat mencintainya. Maka berhentilah memusuhi teman supaya kita bisa saling mengasihi.

(Rm Y. Suratman)

No comments