Latest News

'

Renungan 29 Desember 2018


"Sekarang Tuhan, biarkanlah hambaMu ini pergi dalam damai sejahtera sesuai dengan firmanMu, sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari padaMu yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa..." (Luk 2:29-30).

Kata-kata di atas sering disebut Kidung Simeon. Kidung itu dalam tradisi Katolik dijadikan bagian dari ibadat malam atau completorium. Simeon dlm Kidung itu mengungkapkan sukacitanya karena telah mengalami keselamatan. Dia merindukan keselamatan bagi umat Israel dan kerinduan itu kini telah tergenapi pd diri Yesus. Dialah terang bagi bangsa-bangsa dan kemuliaan bagi Israel. 

Saat kita ikut mendaraskan kidung itu, kita jg diharapkan memiliki pengalaman yg sama dgn Simeon. Kita dapat melihat dan mengalami keselamatan yg dianugerahkan kpd kita sehingga hidup kita makin dipenuhi dengan sukacita yg mendalam. Apakah sebagai murid Kristus, kita telah mengalami sukacita itu?

Walau sudah mengaku percaya namun banyak orang kerap masih diliputi dengan kekawatiran dan keraguan akan peran Yesus sbg Tuhan. Alasannya krn dengan menjadi pengikut Kristus mereka tdk menemukan sukacita. Karena itu mereka mulai mencari "juruselamat" yg lain yg dirasa dapat memenuhi kerinduannya. 

Menghadapi kenyataan itu pertanyaannya adalah bagaimana org bisa mengaku percaya namun tdk mengalami sukacita? Benarkah ia sungguh percaya? Atau jangan-jangan ia hanya mengaku-ngaku percaya?

Iman atau percaya berarti menyerahkan diri kpd Allah. Org bisa percaya karena telah mengalami penyertaan Allah. Tanpa mengalami Allah tak mungkin ada iman. Dan dimana ada perjumpaan dgn Allah, sukacita selalu terjadi. Para gembala yg berjumpa dgn kanak-kanak Yesus, memuji dan memuliakan Tuhan; para majus mempersembahkan emas, kemenyan dan mur; Simeon memuji Tuhan. Karena itu tak mungkin beriman tanpa sukacita. 

Paus Fransiskus berkata, "Semua orang yang telah berjumpa dengan Yesus, hati dan seluruh hidupnya akan dipenuhi dengan sukacita" (EG 1).

(Rm. Y. Suratman)

No comments