Latest News

'

Renungan 22 Oktober 2018: Menjadi Kaya Di Hadapan Allah


Ef 2:1-10 & Luk 12:13-21

Kita diselamatkan pertama-tama karena rahmat atau kasih karunia. Allah-lah yang karena kebaikanNya ingin menyelamatkan kita. Tanpa Allah, kita tidak mungkin selamat. Karena itu sudah selayaknyalah bila kita menanggapi kebaikan Allah itu. Tanggapan kita terhadap kebaikan Allah itu kita wujudkan dengan menerima dan mempercayai kasih karunia yang diberikan kepada kita. Penerimaan dan kepercayaan kita atas kasih karunia itulah yang disebut iman. Maka kita diselamatkan oleh karena iman, bukan karena hasil usaha kita. Artinya, bukan diri kita dan bukan yang kita miliki, yang menentukan keselamatan tapi karena kebaikan Allah. 

Dengan memahami bahwa keselamatan itu adalah sebuah rahmat dan hanya ada pada Allah, maka segala yang kita miliki itu hanyalah sebagai sarana dan bukan tujuan. Kisah orang kaya yang bodoh, yang menimbun hasil panennya kemudian mati dan tidak membawa apa pun yang dimilikinya, menyadarkan kita tentang apa yang sesungguhnya bisa menjamin keselamatan kita. Harta kekayaan tidak bisa menjamin keselamatan kita. Bahkan kerap kali malah menjauhkan kita dari Tuhan dan sesama. Karena harta, persaudaraan bisa terputus; keluarga bisa hancur. Hanya Tuhanlah yang menyelamatkan kita. Maka gunakanlah segala harta kekayaan kita itu untuk semakin memperkaya kita di hadapan Tuhan dan sesama. Karena keselamatan itu sebuah rahmat, maka kita mestinya lebih mudah bersyukur atas apa yang kita miliki dan dapat menggunakan harta kekayaan itu sebagai sarana untuk berbagi dengan saudara-saudari kita yang kurang beruntung.

Ingat, jika kita mati, kita tidak akan membawa harta kekayaan kita. Yang kita bawa hanyalah jiwa kita. Maka penuhilah jiwa kita dengan kekayaan rohani yang tak akan bisa mati. 

(Rm Y. Suratman)

No comments