Latest News

'

Persiapan SP Maria Menjelang Kelahiran Yesus Perjalanan ke Betlehem, dari Meditasi B. Anna Katharina Emmerick, Mistikus, Stigmatis, Visionaris (1774 - 1824)

Aku melihat Santa Perawan tinggal lama bersama Santa Anna, sementara Santo Yosef tinggal seorang diri di Nazaret; seorang pelayan perempuan Anna mengurus rumah bagi Yosef. Mereka, Maria dan Yosef, menerima tunjangan hidup utama dari rumah Anna selama ia hidup. Aku melihat Santa Perawan dekat Anna sedang menjahit dan menyulam pita-pita dan barang-barang sulaman. Mereka tampak sangat sibuk di rumah. Yoakim pastilah telah lama wafat, sebab aku melihat suami kedua Anna di sana dan seorang gadis kecil berumur enam atau tujuh tahun. Ia membantu Maria dan belajar darinya. Jika gadis kecil itu bukan puteri Anna, pastilah ia salah seorang anak Maria Kleopas yang juga bernama Maria.
Aku melihat Maria duduk di sebuah ruangan bersama para perempuan lain, mempersiapkan selimut-selimut besar dan kecil. Sebagian disulam dengan emas dan perak. Ada suatu selimut besar dalam sebuah kotak di tengah-tengah para perempuan, yang sedang dikerjakan mereka bersama, merajut dengan dua jarum kayu kecil dan gulungan-gulungan wol warna-warni. Anna sangat sibuk. Ia berkeliling dari satu ke yang lainnya, menerima dan menghantarkan benang. Mereka berharap Maria melahirkan di rumah Anna; segala selimut dan barang-barang ini dipersiapkan, sebagian bagi kelahiran sang Bayi, sebagian lainnya untuk dihadiahkan kepada orang-orang miskin. Semuanya terbuat dari bahan-bahan terbaik, semuanya banyak dan berlimpah. Mereka tidak tahu bahwa Maria akan, harus, pergi ke Betlehem.

Sementara itu, Yosef sedang dalam perjalanan ke Yerusalem dengan hewan-hewan untuk dipersembahkan sebagai kurban.

Aku melihat Yosef kembali dari Yerusalem. Ia telah membawa hewan-hewan kurban ke sana dan menginap di sebuah rumah yang terletak sebelum gerbang Betlehem. Di penginapan inilah ia dan Maria di kemudian hari berhenti sebelum Pentahiran Maria. Pemilik penginapan adalah seorang Esseni. Dari sana, Yosef menuju Betlehem, tanpa mengunjungi sanak saudaranya. Ia mencari-cari di sekitar sana tempat untuk mendirikan rumah, juga mencari tahu bagaimana mendapatkan kayu dan perkakasnya, sebab pada musim semi setelah Maria melahirkan, yang menurut perkiraannya akan terjadi di Nazaret, ia bermaksud pindah ke Betlehem bersama Maria, sebab ia kurang menyukai Nazaret. Ia ingin mendapatkan tempat dekat penginapan orang Esseni itu. Dari Betlehem, Yosef kembali lagi ke Yerusalem guna mempersembahkan kurban. Sementara ia dalam perjalanan kembali ke Yerusalem, sekitar tengah malam, kala ia melintasi padang Chimki, enam jam perjalanan jauhnya dari Nazaret, seorang malaikat menampakkan diri kepadanya dan mengatakan bahwa ia harus segera berangkat bersama Maria ke Betlehem sebab di sanalah Bayinya akan dilahirkan. Di samping itu, malaikat mengatakan bahwa haruslah ia memperlengkapi diri dengan barang-barang kebutuhan, tetapi tanpa selimut-selimut yang berenda ataupun bersulam, pula menyebutkan segala barang lain yang perlu dibawanya. Yosef amat terkejut. Juga diberitahukan kepadanya, di samping keledai yang akan ditunggangi Maria, ia juga harus membawa bersamanya seekor keledai betina kecil berumur satu tahun yang tak bercela. Binatang kecil ini harus dilepas bebas dan mereka hendaknya mengikuti jalan yang diambilnya.

Aku melihat Yosef dan Maria di rumah mereka di Nazaret; ada juga Anna di sana. Yosef memberitahukan kepada mereka perintah yang ia terima dan mereka mulai mempersiapkan perjalanan. Anna sangat khawatir dan cemas karenanya. Santa Perawan telah mendapatkan segala penerangan batin bahwa ia akan melahirkan Putranya di Betlehem; tetapi karena kerendahan hatinya, ia diam saja tanpa mengatakan suatupun. Ia tahu juga mengenainya dari nubuat-nubuat para nabi. Ada dalam lemari kecilnya di Nazaret, segala nubuat nabi mengenai kelahiran Mesias; kerapkali ia membacanya dan berdoa demi segera digenapinya nubuat. Ia menerima pengajaran tentangnya dari para guru di Bait Allah, seperti yang diajarkan kepada para perempuan saleh. Doa-doanya selalu demi kedatangan Mesias. Maria menganggap sungguh bahagia perempuan yang darinya sang Bayi akan dilahirkan, dan ia rindu melayani bunda sang Bayi sebagai hamba sahayanya yang paling rendah. Karena kerendahan hatinya, tak pernah sedikitpun terlintas dalam pikirannya bahwa ia sendiri yang akan menjadi bunda yang berbahagia itu. Dari nubuat para nabi, ia tahu bahwa Juruselamat akan dilahirkan di Betlehem, sebab itu ia dengan senang hati berserah diri pada Kehendak Allah dan memulai perjalanannya.

Perjalanan itu, sungguh menyengsarakan baginya sebab pada musim demikian, hawa dingin menggigit di pegunungan. Maria merasakan suatu perasaan yang tak dapat diungkapkan bahwa sejak saat itu ia harus dan akan tetap hidup miskin. Ia tak akan mampu memiliki barang-barang duniawi, sebab ia telah memiliki segalanya dalam dirinya sendiri. Ia tahu bahwa ia akan menjadi Bunda Putra Allah. Ia tahu dan ia merasa bahwa karena seorang perempuan dosa telah masuk ke dalam dunia, maka sekarang oleh seorang perempuan Silih akan dilahirkan. Di bawah pengaruh pemahaman ini ia berseru, “Aku ini hamba Allah!” Aku juga mengerti bahwa Yesus dikandung Roh Kudus saat tengah malam dan saat tengah malam pula Ia akan dilahirkan.

Aku melihat Yosef dan Maria bersama Anna, Maria Kleopas dan beberapa pelayan mempersiapkan perjalanan dengan diam. Mereka berangkat dari rumah Anna. Di atas punggung keledai digantungkan tempat kaki yang nyaman bagi Maria dan dimuatkan barang-barang bawaannya. Di padang Chimki, di mana malaikat menampakkan diri kepada Yosef, Anna memiliki suatu padang rumput; di sini para pelayan pergi mengambil keledai betina kecil berumur satu tahun yang harus dibawa Yosef bersamanya. Keledai kecil berlari dibelakang Keluarga Kudus. Anna, Maria Kleopas dan para pelayan sekarang tak lagi melihat Yosef dan Maria setelah salam perpisahan yang mengharukan. Aku melihat kedua pengelana bergerak maju menjauh dan melewatkan malam di sebuah rumah yang terletak di dataran yang sangat tinggi. Mereka disambut baik. Aku pikir tuan rumahnya adalah penyewa sebuah pertanian yang disebut Wisma Chimki, yang memiliki pertanian itu. Dari sana orang dapat mengarahkan pandangan ke tempat-tempat yang jauh, ya, bahkan hingga ke pegunungan dekat Yerusalem.

Lagi, aku melihat Keluarga Kudus di suatu lembah yang sangat dingin, dengan mana mereka menempuh perjalanan menuju sebuah bukit. Permukaan tanah berselimut es dan salju. Tempat itu sekitar empat jam perjalanan jauhnya dari Wisma Chimki. Maria menderita hebat karena dingin yang menusuk. Ia berhenti dekat sebatang pohon pinus dan berseru, “Kita harus beristirahat. Aku tak dapat bertahan lagi.” Yosef menata sebuah tempat istirahat baginya di bawah pohon, di mana ia menempatkan sebuah lentera. Seringkali aku melihat hal tersebut dilakukan oleh para pengelana di daerah itu pada malam hari. Santa Perawan berdoa dengan khusuk, memohon pada Allah untuk tidak membiarkan mereka beku kedinginan; seketika itu juga suatu kehangatan merayapi tubuhnya hingga ia merentangkan tangannya kepada St Yosef agar ia dapat menghangatkan diri dengannya. Maria menyantap sedikit makanan guna memulihkan tenaga. Keledai kecil si penunjuk jalan menyusul mereka, dan lalu berdiri diam. Tingkah laku hewan kecil ini sungguh menakjubkan. Di jalan-jalan yang lurus, antara bukit-bukit misalnya, di mana mereka tak mungkin tersesat, ia terkadang berlari di belakang, terkadang jauh di depan mereka; tetapi, di mana jalan-jalan bercabang, pasti ia muncul di sana dan berlari menuju jalan yang benar. Apabila mereka tiba di suatu tempat di mana mereka harus beristirahat, makhluk kecil ini berdiri diam. Yosef mengatakan kepada Maria akan penginapan-penginapan yang baik yang ia harap dapat mereka peroleh di Betlehem. Ia mengatakan kepadanya bahwa ia mengenal orang-orang baik dari suatu penginapan di mana, dengan harga yang pantas, mereka dapat memperoleh kamar yang nyaman. Lebih baik, katanya, membayar sedikit daripada menggantungkan tumpangan gratis. Ia mengatakan hal-hal yang baik mengenai Betlehem guna menghibur serta menyemangati Maria.

Sesudah itu, aku melihat Keluarga Kudus tiba di suatu rumah pertanian yang besar, sekitar dua jam jauhnya dari pohon pinus. Nyonya rumah tak ada di tempat, sementara tuan rumah tak mengijinkan St Yosef masuk, melainkan mempersilakannya melanjutkan perjalanan. Dari sana mereka melangkah maju hingga tiba di suatu gubuk para gembala di mana mereka mendapati keledai kecil; mereka pun berhenti untuk beristirahat. Ada beberapa gembala dalam gubuk, tetapi mereka segera pergi setelah memperkenalkan diri dengan sangat ramah dan memberikan sedikit jerami dan kayu bakar, atau seikat buluh untuk perapian. Para gembala kemudian pergi ke rumah di mana tadi Maria dan Yosef diusir pergi. Para gembala menceritakan kepada pemilik rumah, “Alangkah eloknya, sungguh seorang perempuan yang luar biasa! Dan betapa ramah tamah, saleh dan baik hatinya yang laki-laki! Betapa para pengelana ini adalah orang-orang yang mengagumkan!” Nyonya rumah sekarang sudah berada di rumah, dan ia mencela suaminya karena telah mengusir mereka pergi.

Aku melihat perempuan itu pergi ke gubuk para gembala di mana Maria dan Yosef melewatkan malam, tetapi ia malu-malu dan tak berani masuk. Gubuk ini terletak di sebelah utara bukit; di lereng bukit yang menurun di sebelah selatan terhampar kota-kota Samaria dan Thebez. Ke arah timur wilayah ini dan di sebelah sisi Yordan, terletak Salem dan Ainon, dan di seberangnya, Socoth, jaraknya kurang lebih duabelas jam perjalanan dari Nazaret. Perempuan itu datang kembali bersama kedua anaknya. Ia seorang yang cukup ramah dan tampak sangat tersentuh dengan apa yang ia lihat. Tuan rumah juga datang dan meminta maaf. Setelah Maria dan Yosef beristirahat sejenak, tuan rumah menunjukkan kepada mereka suatu penginapan yang jaraknya sekitar satu jam perjalanan ke atas bukit.

Tetapi, tuan rumah penginapan itu menolak Yosef secara halus, mengatakan bahwa sudah penuh sesak di sana. Namun, kala Santa Perawan masuk dan mohon tempat berteduh, isteri pemilik penginapan, dan juga pemilik penginapan sendiri, berubah sikap terhadap mereka. Segera saja tuan rumah mempersiapkan tempat menginap bagi mereka di bawah suatu tempat bernaung dekat sana dan mengambil alih pengurusan keledai mereka. Keledai betina kecil tidak bersama mereka. Ia berkeliaran di padang; sebab apabila tidak diperlukan, ia tidak muncul. Penginapan ini cukup baik, terdiri dari beberapa rumah. Meski terletak di sebelah utara bukit, bangunan dikelilingi kebun buah-buahan, taman-taman yang sedap dipandang mata, pula pohon-pohon balsam. Maria dan Yosef tinggal di sana sepanjang malam dan juga sepanjang hari sesudahnya, sebab hari itu adalah hari Sabat.

Pada hari Sabat, nyonya rumah bersama ketiga anaknya mengunjungi Maria, juga perempuan dari rumah sebelah bersama kedua anaknya. Maria bercakap-cakap dengan anak-anak dan mengajar mereka. Ada pada mereka gulungan-gulungan kecil perkamen yang mereka baca. Aku juga memberanikan diri berbicara kepada Maria. Santa Perawan mengatakan kepadaku betapa amat baik keadaannya saat itu. Ia merasa ringan. Terkadang, ia mengalami suatu perasaan merasa luar biasa besar di dalam dan seolah ia melayang-layang dalam dirinya sendiri. Ia merasa bahwa ia mengandung Allah dan manusia, dan bahwa Ia yang dikandungnya menggendongnya.

Yosef pergi bersama tuan rumah ke padang. Keduanya, baik tuan maupun nyonya rumah, memiliki kasih sayang yang besar kepada Maria; mereka bersimpati atas keadaannya. Mereka memaksanya tinggal, menunjukkan sebuah kamar yang akan dengan senang hati mereka berikan kepadanya. Tetapi, pagi-pagi benar keesokan harinya, Maria berangkat bersama Yosef melanjutkan perjalanan. Mereka bergerak maju, agak sedikit ke arah timur, menyusuri pegunungan dan melintasi lembah; semakin jauh jarak yang mereka tempuh, meninggalkan Samaria, tempat ke mana pada mulanya seolah mereka hendak pergi. Bait di Garizim telah kelihatan. Di atapnya terdapat banyak patung seperti singa atau binatang-binatang lain, yang berkilau memantulkan sinar keputih-putihan tertimpa sinar matahari.

Jalanan menghantar ke suatu dataran atau padang Sikhem. Setelah perjalanan sejauh sekitar delapanbelas mil, mereka tiba di rumah pertanian yang satu-satunya ada di tempat itu, di mana mereka disambut baik. Tuan rumah adalah pengawas pertanian dan kebun buah-buahan milik suatu kota dekat sana. Udara lebih hangat dan lebih banyak tanam-tanaman di sini dari tempat-tempat lain yang telah mereka lalui, sebab letaknya di sisi bukit yang bermandikan cahaya matahari, membuatnya sangat berbeda dengan Palestina pada musim ini. Rumah tidak tepat berada di lembah, melainkan di lereng selatan bukit yang terhampar dari Samaria ke timur. Penghuni rumah yang lain adalah para gembala yang puteri-puterinya kelak dinikahi oleh para pelayan dari rombongan Tiga Raja yang kemudian tinggal di sana. Bertahun-tahun kemudian Yesus juga seringkali menginap dan mengajar di sana. Sebelum berangkat, Yosef memberkati anak-anak dalam keluarga tersebut.

Aku melihat Yosef dan Maria melanjutkan perjalanan menyusuri dataran di luar Sikhem. Terkadang, Santa Perawan berjalan kaki. Sesekali mereka beristirahat dan menyantap bekal. Ada pada mereka beberapa ketul roti dan minuman sejuk yang menguatkan dalam buyung-buyung kecil yang cantik, berwarna coklat dan berkilau bagaikan logam. Tempat duduk yang dipergunakan Maria di atas keledai dilengkapi dengan bantalan pada masing-masing sisinya sebagai tempat tumpuan kaki, yang dengan demikian membuat orang dapat duduk dengan lebih nyaman. Penahannya ada di atas leher keledai; Maria terkadang duduk menghadap sebelah kanan, terkadang menghadap sebelah kiri. Buah-buah berri dan buah-buahan lain tergantung di semak-semak dan pepohonan yang terbuka; buah-buahan ini mereka kumpulkan sepanjang perjalanan. Hal pertama yang selalu dilakukan Yosef begitu tiba di suatu penginapan adalah mempersiapkan tempat istirahat atau pembaringan yang nyaman bagi Maria, lalu ia membasuh kaki, seperti yang juga dilakukan Maria. Kerapkali mereka membersihkan diri.

Hari telah cukup gelap suatu malam ketika mereka tiba di sebuah penginapan yang sunyi. Yosef mengetuk dan mohon tempat menginap, tetapi pemiliknya tak hendak membukakan pintu. Yosef menjelaskan keadaannya, mengatakan bahwa isterinya tak dapat lagi bertahan. Tetapi, laki-laki itu keras hati; tak ingin istirahatnya diganggu. Dan ketika Yosef mengatakan bahwa ia akan membayar, orang itu menjawab, “Ini bukan penginapan. Aku tak mau mendengar ketukan itu.” Pintu tetap tertutup. Maria dan Yosef melanjutkan perjalanan sedikit lebih jauh dan menemukan suatu tempat berlindung. Yosef menyalakan lentera dan mempersiapkan pembaringan bagi Maria, sementara Maria sendiri membantunya. Yosef membawa masuk keledai dan mendapati sedikit jerami dan makanan ternak di dalamnya. Di tempat ini mereka beristirahat beberapa jam lamanya. Aku melihat mereka berangkat kembali pagi-pagi keesokan harinya kala hari masih gelap. Sekarang mereka telah berada jauh dari tempat singgah mereka yang terakhir, sekitar enam jam, sekitar duapuluh enam jam dari Nazaret, dan sekitar sepuluh jam dari Yerusalem. Rumah terakhir berdiri di atas permukaan tanah yang datar, tetapi jalan dari Gabata ke Yerusalem mulai curam kembali. Hingga saat ini Maria dan Yosef tidak lewat jalan-jalan besar, meski mereka melintasi beberapa rute perdagangan yang terbentang dari Yordania ke Samaria dan ke jalan-jalan yang menghantar orang dari Siria ke Mesir. Sejauh ini, jalanan yang mereka lalui, kecuali satu jalanan lebar, adalah jalanan yang sangat sempit dan terbentang di atas bukit-bukit. Orang harus sangat berhati-hati dalam perjalanan, tetapi keledai mereka dapat menapak dengan aman.

Sekarang aku melihat kedua pengelana kudus tiba di sebuah rumah yang pemiliknya, pada mulanya kasar terhadap Yosef. Ia mengarahkan sorot lentera ke wajah Maria dan mengejek Yosef yang beristerikan seorang yang masih muda belia. Tetapi isterinya mengundang mereka masuk, memberi mereka tumpangan di sebuah rumah yang terletak di luar, dan menawarkan sedikit roti kepada mereka.

Ketika mereka meninggalkan tempat ini, selanjutnya mereka mencari tempat menginap di sebuah rumah pertanian yang besar, di mana mereka juga tidak diterima dengan keramahan yang sepantasnya. Pemilik penginapan adalah orang-orang muda, yang nyaris tak ambil peduli pada Maria dan Yosef. Mereka bukanlah gembala-gembala sederhana, melainkan petani-petani kaya, seperti yang ada pada kita, sibuk dengan urusan dunia, urusan dagang, dsbnya. Aku melihat seorang lelaki tua dalam rumah yang berjalan dengan tongkat. Dari sini, mereka masih harus menempuh tujuh jam perjalanan agar tiba di Betlehem, tetapi mereka tidak mengambil jalan langsung ke sana, sebab jalannya berbukit-bukit dan terlalu sulit dilewati pada musim ini. Mereka mengikuti keledai kecil melintasi daerah antara Yerusalem dan Yordan. Aku melihat mereka tiba sekitar tengah hari di sebuah rumah gembala yang besar, sekitar dua jam dari tempat Yohanes membaptis di sungai Yordan. Sekali Yesus melewatkan malam di sana setelah Pembaptisan-Nya. Dekat rumah terdapat sebuah gudang bagi peralatan pertanian dan gembala domba, dan di halaman terdapat sebuah mataair yang airnya dialirkan melalui pipa-pipa ke bak-bak mandi. Ada suatu rumah penampungan umum yang besar di sini; dan banyak pelayan berjalan keluar masuk melayani makan. Tuan rumah menerima para pengelana kudus dengan sangat ramah dan dengan pelayanan yang memuaskan. Ia mendesak salah seorang pelayan untuk membasuh kaki Yosef di mataair. Ia juga menyediakan bagi Yosef pakaian bersih sementara ia menjereng dan menyikat pakaian yang ditanggalkan Yosef. Seorang pelayan perempuan juga memberikan pelayanan yang sama kepada Maria, sebab nyonya rumah enggan menyambut, ia tinggal menyendiri. Ia adalah perempuan yang sama yang kelak disembuhkan Yesus dari penyakit yang dideritanya selama tigapuluh tahun. Yesus mengatakan kepadanya bahwa penyakit itu menimpanya sebagai hukuman atas keengganannya memberikan keramah-tamahan kepada keluarga-Nya. Tetapi aku tahu alasan keengganannya menyambut Maria dan Yosef. Ia adalah seorang perempuan muda dan agak kacau. Ia menatap sekilas Santa Perawan, berbicara sedikit kepada Maria, mungkin (aku tidak ingat semua kejadian sekarang), dan memendam perasaan iri atas kecantikan Maria. Sebab itulah ia tidak mau muncul dalam kesempatan itu. Ada anak-anak dalam rumah.

Pada saat keberangkatan mereka siang hari, Maria dan Yosef disertai hingga sebagian perjalanan oleh beberapa orang dari penginapan. Pasangan kudus ini lalu melanjutkan perjalanan ke arah barat menuju Betlehem dan setelah perjalanan selama kurang lebih dua jam, mereka tiba di sebuah dusun kecil yang terdiri dari sederetan panjang rumah-rumah dengan kebun-kebun dan halaman yang terhampar di sisi kanan kiri suatu jalan besar yang lebar. Yosef mempunyai seorang kerabat di sini, sepertinya sanak dari perkawinan kedua dari seorang ayah tiri atau seorang ibu tiri. Rumah mereka sangat indah dan nyaman letaknya. Tetapi Maria dan Yosef tidak singgah di sana. Mereka melewati tempat itu dan bergerak langsung menuju Yerusalem selama setengah jam, ketika mereka tiba di sebuah rumah penampungan umum di mana orang banyak berkumpul untuk suatu pemakaman. Bingkai-bingkai partisi di rumah itu telah dipindahkan dari depan cerobong asap dan perapian. Perapian diselubungi kain hitam dan di depannya disemayamkan suatu peti jenazah yang diselubungi dengan warna duka yang sama. Para pelayat laki-laki mengenakan jubah hitam panjang dengan jubah putih pendek di atasnya, sebagian mengenakan maniple hitam kasar pada lengan mereka. Semuanya berdoa. Di ruangan lain, duduk para perempuan yang semuanya terbungkus dalam kerudung mereka yang besar. Di halaman terdapat sebuah mataair besar dengan beberapa kran. Pemilik rumah, yang bertanggung-jawab atas upacara pemakaman, menyerahkan penyambutan Maria dan Yosef kepada para pelayan. Hal ini dilaksanakan dengan baik, dan pelayanan yang sepantasnya diberikan kepada para pengelana kudus ini. Tikar-tikar dibiarkan terlepas dari penggulungnya dekat langit-langit dan suatu ruangan bertirai dipersiapkan bagi mereka. Selang beberapa waktu, aku melihat orang-orang dari rumah itu berbincang-bincang dengan Yosef dan Maria. Jubah-jubah putih telah ditanggalkan. Aku melihat banyak tempat tidur tergulung di dinding. Mereka dapat sama sekali dipisahkan satu dengan lainnya dengan membiarkan tikar-tikar ini terlepas dari gulungannya dekat langit-langit. Keesokan paginya, Maria dan Yosef berangkat lagi. Nyonya rumah yang baik mengatakan bahwa mereka boleh tinggal lebih lama, sebab tampaknya Maria beberapa jam lagi akan segera bersalin. Tetapi, dengan kerudung diturunkan Maria menjawab bahwa waktunya masih tigapuluh enam atau tigapuluh delapan jam lagi. Perempuan itu amat mendesak mereka untuk tinggal, meskipun bukan di rumahnya sendiri. Sementara Yosef dan Maria hendak berangkat, aku melihat tuan rumah berbicara kepada Yosef mengenai binatang bebannya. Yosef sangat memuji keledai dan mengatakan bahwa ia membawa keledai lain bersamanya kalau-kalau dibutuhkan. Kala mereka menyampaikan betapa sulitnya mendapatkan penginapan di Betlehem, Yosef menjawab bahwa ia mempunyai teman-teman di sana dan bahwa pastilah ia dan Maria diterima dengan baik. Pernyataannya ini membuatku sangat sedih. Yosef selalu mengatakan hal ini dengan penuh keyakinan. Aku mendengarnya mengucapkan perkataan yang sama kepada Maria dalam perjalanan mereka.

Terjadi pada hari-hari terakhir perjalanan, ketika mereka telah dekat Betlehem, Maria mengeluh pelan, sudah sangat ingin beristirahat dan menyegarkan diri. Yosef menyimpang dari jalan setengah jam perjalanan jauhnya ke suatu tempat di mana dalam suatu kesempatan sebelumnya ia mendapati suatu pohon ara yang sarat dengan buah. Sekeliling pohon ara terdapat bangku-bangku sebagai tempat istirahat para pengelana yang letih. Tetapi, kala mereka tiba di sana, mereka kecewa melihat nyaris tak didapati buah di sana. Kelak di tahun-tahun yang mendatang, sesuatu yang berhubungan dengan Yesus terjadi dekat pohon itu. Pohon ara itu tak pernah lagi menghasilkan buah, walau ia tetap hijau subur. Yesus mengutuknya, dan pohon itu pun meranggas dan mati.

Jarak dari rumah penampungan yang terakhir ke Betlehem kira-kira tiga jam perjalanan jauhnya. Maria dan Yosef memutar lewat utara dan memasuki kota dari sebelah barat. Tak jauh dari luar kota, sekitar seperempat jam berjalan kaki, menghantar mereka ke suatu bangunan besar yang dikelilingi lapangan bertembok dan rumah-rumah yang lebih kecil. Ada pepohonan di depannya, dan berbagai macam orang berkemah dalam tenda-tenda sekelilingnya. Rumah besar ini dulunya milik leluhur Yosef, dan berabad-abad sebelumnya merupakan rumah besar keluarga Daud. Pada masa Yosef, rumah ini dipergunakan sebagai rumah pabean pajak Romawi.
Di kota, Yosef masih mempunyai seorang saudara laki-laki yang adalah seorang pemilik penginapan. Ia bukan saudara kandung Yosef, melainkan saudara tiri. Yosef tidak pergi kepadanya. Yosef mempunyai lima saudara laki-laki: tiga saudara kandung dan dua saudara tiri. Yosef berusia empatpuluh lima tahun. Ia lebih tua tigapuluh tahun dan, aku pikir, tiga bulan dari Maria. Perawakannya kurus, kulitnya berwarna terang, tulang pipinya menonjol dengan pipi kemerah-merahan, keningnya tinggi, dan jenggot kecoklatan.

Keledai betina kecil tidak ada di sana bersama mereka. Ia berlarian sekeliling sisi selatan kota, di semacam lembah, di mana permukaannya agak datar.

Yosef langsung menuju rumah pabean, sebab semua pendatang baru wajib melapor dan mendapatkan tiket masuk di gerbang kota. Kota itu sebenarnya tak memiliki pintu gerbang, melainkan hanya pintu masuk yang ada di antara dua reruntuhan tembok yang tampak seperti puing-puing gerbang. Walau Yosef agak terlambat menghadap untuk mendaftar, ia diterima baik.

Maria tinggal di sebuah rumah kecil di halaman bersama para perempuan yang memberikan banyak perhatian kepadanya dan menawarinya makan. Para perempuan ini memasak bagi para prajurit. Para perempuan ini adalah orang-orang Romawi, seperti yang aku ketahui dari tali-tali yang tergantung sekeliling pinggul mereka. Udara cerah, sama sekali tidak dingin, matahari bersinar di pegunungan antara Yerusalem dan Betania; orang dapat melihatnya dengan jelas dari sini. Yosef naik ke sebuah ruangan besar di lantai atas, di mana ia diinterogasi, siapa dia, dll, dan para penginterogasi memeriksa gulungan-gulungan catatan yang panjang; gulungan-gulungan yang banyak itu digantungkan pada sisi-sisi tembok. Mereka membuka gulungan-gulungan itu dan membacakan kepada Yosef daftar leluhurnya, juga leluhur Maria. Yosef tidak tahu sebelumnya bahwa melalui Yoakim, Maria merupakan keturunan langsung dari Daud. Petugas bertanya kepadanya, “Di manakah isterimu?”

Selama tujuh tahun penduduk wilayah ini tidak didaftar secara rutin karena berbagai macam kendala politik. Aku melihat angka-angka V dan II, yang jumlahnya tujuh. Pemungutan pajak telah berlangsung selama berbulan-bulan, tetapi dua tagihan masih harus dibayarkan. Jadi, penduduk harus membayar hampir sebanyak tiga bulan. Mereka sungguh telah membayar di satu waktu dan di lain waktu selama tujuh tahun itu, tetapi tak ada pungutan pajak rutin. Yosef tidak membayar suatupun pada hari pertama, tetapi mereka menyelidiki dengan seksama perihal keadaannya. Yosef mengatakan kepada para petugas bahwa ia tak memiliki harta milik, bahwa ia hidup dari berdagang dan dari tunjangan orangtua isterinya. Maria juga dipanggil menghadap petugas, tetapi bukan di lantai atas. Ia diinterogasi di suatu lorong di lantai pertama, dan tak ada suatupun yang dibacakan untuknya.

Ada banyak juru tulis dan pegawai dalam rumah besar itu yang tersebar di berbagai ruangan, dan banyak sekali orang-orang Romawi dan para prajurit yang harus ditemui di lantai atas. Ada juga kaum Farisi dan Saduki, para imam dan tua-tua, serta segala macam petugas dan pejabat baik dari keturunan Yahudi maupun Romawi. Tak ada pembayaran pajak seperti itu di Yerusalem. Tetapi, di banyak tempat lain, di Magdalum di Laut Galilea, misalnya, orang membayar pajak-pajak. Orang-orang Galilea harus membayar di sana, juga orang-orang dari Sidon; aku pikir, sebagian karena hubungan dagang mereka. Hanya mereka yang tak memiliki usaha, yang tak memiliki harta milik, wajib melapor di daerah kelahiran mereka.

Penerimaan pajak untuk tiga bulan mendatang akan dibagi menjadi tiga bagian. Kaisar Agustus, Herodes, dan suatu raja lain yang tinggal dekat Mesir, mendapat bagian di dalamnya. Raja dekat Mesir, karena menang perang, menuntut bagian atas suatu wilayah tertentu, sebab itu mereka harus menyampaikan upeti kepadanya. Pembayaran kedua ada hubungannya dengan pembangunan Bait Allah; sesuatu seperti pembayaran uang muka. Pemasukan ketiga diperuntukkan bagi orang-orang miskin dan para janda yang telah lama tak menerima santunan apa-apa. Tetapi, semuanya berjalan seperti yang biasa terjadi pada jaman kita sekarang - sedikit saja yang sampai ke tangan orang yang benar. Alasan-alasan yang bagus mudah sekali diajukan bagi sisanya yang berada di tangan orang-orang besar. Kegiatan tulis-menulis dan hilir mudik tak henti-hentinya berlangsung di sana.

Kemudian Yosef pergi bersama Maria langsung menuju Betlehem. Rumah-rumah bertebaran sepanjang pinggiran kota hingga ke pusat kota. Di setiap jalan yang mereka jumpai, Yosef meninggalkan Maria bersama keledainya berdiri menunggu sementara ia keluar masuk mencari penginapan. Seringkali Maria harus menunggu lama sebelum Yosef kembali dalam keadaan cemas dan gelisah. Ia tak mendapatkan kamar di mana pun; di mana-mana ia diusir pergi. Sekarang hari mulai gelap. Akhirnya Yosef mengusulkan untuk pergi ke sisi lain kota di mana mereka pasti akan mendapatkan penginapan. Mereka kembali menyusuri suatu jalanan, yang lebih merupakan jalanan desa daripada jalanan umum, sebab rumah-rumah berdiri berserakan sepanjang bukit; di ujung jalan mereka tiba di suatu padang atau dataran yang rendah dan rata. Di sini berdiri sebatang pohon yang sangat indah dengan batangnya yang halus, dan cabang-cabangnya yang rindang bagaikan atap. Yosef membimbing Maria dan keledai mereka untuk bernaung di bawahnya; di sana ia meninggalkan mereka untuk kembali mencari penginapan. Ia mengetuk dari rumah ke rumah; para teman, yang telah diceritakannya kepada Maria, tak hendak mengenalinya. Suatu kali, setelah gagal dalam pencarian ini, Yosef kembali kepada Maria yang menanti di bawah pohon. Ia menangis, dan Maria menghiburnya. Lagi, Yosef kembali pergi mencari penginapan dengan semangat baru. Tetapi, setiapkali ia menyinggung masalah persalinan isterinya yang akan segera tiba guna mendesak mereka untuk menerimanya, semakin cepat ia diusir pergi.

Sementara itu hari sudah gelap. Maria berdiri menanti di bawah pohon, gaunnya yang tak berikat jatuh terlipat-lipat sekelilingnya, kepalanya berbalut kerudung putih. Keledai berada di dekat sana dengan kepalanya terarah pada pohon; di bawah pohon Yosef telah membuatkan tempat istirahat bagi Maria dan barang-barang bawaan mereka. Orang banyak bergegas datang dan pergi ke Betlehem; banyak dari antara mereka yang lewat mengamat-amati Maria penuh selidik, sebab tidak biasa mereka melihat seseorang berdiri begitu lama seorang diri dalam kegelapan. Aku pikir beberapa di antara mereka menyapanya, menanyai siapa dia. Ah, tak terbersit sedikit pun dalam benak mereka bahwa Juruselamat telah begitu dekat! Maria begitu sabar, begitu tenang, begitu penuh pengharapan. Ah, sungguh, ia harus menanti begitu lama! Akhirnya ia duduk, kedua tangannya tersilang di dada, kepalanya menunduk. Lama kemudian baru Yosef kembali dalam keputusasaan hebat. Aku melihat Yosef mencucurkan airmata dan, karena gagal lagi menemukan penginapan, ia ragu untuk datang mendekat. Tetapi, sekonyong-konyong teringat ia akan sebuah gua di luar kota Betlehem yang biasa dipergunakan sebagai kandang oleh para gembala apabila mereka membawa ternak mereka ke kota. Yosef pun sering mengasingkan diri di sana untuk menyembunyikan diri dari para saudaranya dan untuk berdoa. Hampir pasti tempat itu kosong pada masa ini atau, jika toh ada para gembala di sana, akan mudah berkawan dengan mereka. Ia dan Maria mungkin akan dapat menemukan tempat bernaung di sana untuk sesaat lamanya, dan setelah beristirahat sejenak, ia akan keluar lagi guna melanjutkan pencarian.

Sekarang mereka memutar ke kiri, seolah melintasi reruntuhan tembok, makam-makam dan benteng kota. Mereka mendaki suatu kubu atau bukit, dan lalu jalanan mulai menurun kembali. Akhirnya, mereka tiba di sebuah bukit yang di depannya berdiri pohon-pohon cemara, pinus, atau cedar, dan pepohonan berdaun kecil. Di bukit inilah terdapat gua yang disebutkan Yosef. Tak ada rumah di sekitarnya. Satu sisi gua dibangun dengan bangunan kasar dengan mana pintu masuk gembala menghantar ke lembah. Yosef membuka pintunya yang ringan, yang terbuat dari anyam-anyaman, dan sementara mereka masuk, keledai betina kecil berlari-lari datang menghampiri. Ia meninggalkan mereka dekat rumah leluhur Yosef dan berkeliaran sekitar kota hingga tiba di gua ini. Ia melompat-lompat dan berjingkrak-jingkrak gembira sekeliling mereka, hingga Maria berkata, “Lihat! Pastilah kehendak Allah bahwa kita tinggal di sini.” Tetapi Yosef merasa cemas dan, diam-diam, sedikit malu, sebab telah begitu sering ia mengatakan betapa mereka akan disambut baik di Betlehem.

Terdapat suatu bagian yang menjorok di atas pintu; Yosef menggiring keledai ke bawahnya, dan lalu mempersiapkan tempat istirahat bagi Maria. Hari telah gelap; sekitar pukul delapan malam saat mereka tiba di tempat ini. Yosef menyalakan lentera dan masuk ke dalam gua. Pintu masuknya sangat sempit. Tembok-tembok gua dipenuhi dengan segala macam jerami kasar, di atasnya tergantung tikar-tikar coklat. Di belakang, di bagian yang melengkung, terdapat beberapa lubang angin di langit-langit, tetapi juga di sini segalanya berantakan. Yosef membersihkannya dan mempersiapkan tempat seluas mungkin di bagian belakang agar cukup ruangan bagi pembaringan dan tempat istirahat Maria, yang saat itu duduk di atas sebuah tikar dengan buntalan barangnya sebagai penyangga. Keledai lalu dibawa masuk, dan Yosef memasang sebuah lentera di dinding. Sementara Maria makan, ia pergi ke padang ke arah Gua Susu, dan menempatkan sebuah botol kulit di anak sungai agar terisi air. Ia juga pergi ke kota di mana ia membeli sedikit makanan, sekantong barang-barang lain, dan aku pikir, sedikit buah-buahan. Sungguh, hari itu adalah hari Sabat, tetapi karena banyaknya orang asing di kota dan mengingat kebutuhan mereka akan berbagai keperluan, perbekalan serta perlengkapan, maka barang-barang itu dipajang untuk di jual di atas meja-meja yang di tempatkan di pojok-pojok jalan. Harganya langsung dibayarkan di tempat. Aku pikir para pelayan atau hamba-hamba kafir yang menjaga meja-meja penjualan, tetapi aku tak dapat ingat pasti.

Ketika Yosef kembali, ia membawa bersamanya sekantung kecil tongkat-tongkat ramping yang diikat indah dengan buluh, dan satu kotak dengan pegangan berisi batu bara menyala. Batu-batu bara ia tuangkan di pintu masuk gua untuk perapian. Selanjutnya ia mengambil botol air yang telah ia isi di anak sungai, dan mempersiapkan makanan berupa rebusan jagung dan sedikit roti. Setelah mereka bersantap malam, dan Maria telah membaringkan diri untuk beristirahat di atas tempat pembaringan jerami yang di atasnya dihampari selimut, Yosef mulai mempersiapkan tempat pembaringannya sendiri di pintu masuk gua. Setelah selesai, ia pergi lagi ke kota. Sebelum berangkat, terlebih dahulu ia menutup segala lubang di gua guna mencegah udara dingin masuk. Kemudian, untuk pertama kalinya, aku melihat Santa Perawan berlutut dalam doa, lalu ia membaringkan diri dengan sisi tubuhnya di atas hamparan, kepalanya bertumpu di atas lengan, dan buntalannya dipergunakan sebagai bantal.



GUA PALUNGAN

1.  Pintu masuk gua

2.  Kamar tidur St Yosef

3.  Gua samping

4.  Perapian

5.  Pintu masuk sebelah selatan

6.  Tempat keledai ditambatkan

7.  Tempat makanan ternak

8.  Tempat kelahiran Yesus

9.  Tempat tiga raja menyembah Yesus

10. Lokasi palungan

11. Pintu masuk ke gua sebelah

12. Gua lain

13. Atap jerami





Gua Palungan terletak di kaki bukit Betlehem. Serumpun pepohonan yang indah berdiri di depan pintu masuk; dari sana orang dapat melayangkan pandangannya ke menara-menara dan atap-atap kota.  Mulut gua ditutup oleh sebuah pintu yang terbuat dari anyam-anyaman, di atasnya terdapat sebuah tempat bernaung. Dari pintu, suatu lorong yang cukup lebar menghantar ke gua yang bentuknya tak beraturan, sebagian bundar, sebagian segitiga. Di salah satu sisi lorong terdapat sebuah ceruk yang agak lebih rendah dari permukaan sekitarnya; ceruk ini ditutup tirai oleh Yosef untuk dijadikan ruang tidurnya. Lorong selebihnya dari ceruk hingga ke pintu masuk, disekat-sekatnya dengan tirai pula; di sana ada pula semacam gudang penyimpanan.

Lorong tidak begitu tinggi seperti gua itu sendiri, yang terbentuk karena alam. Dinding-dinding gua bagian dalam, yang kesemuanya terbentuk karena alam, walau tak seluruhnya halus, namun nyaman dan bersih; sungguh, dalam pandanganku, ada sesuatu di sana yang membuatnya menarik. Aku lebih menyukai bagian yang alami daripada bagian-bagian yang telah terkena sentuhan manusia, sebab pekerjaannya kasar dan asal jadi. Dasar gua di sebelah kanan pintu masuk tampaknya untuk jarak tertentu terbentuk oleh alam; hanya bagian atas yang kelihatan dikerjakan oleh tangan-tangan manusia. Ada juga lubang-lubang di lorong ini. Di tengah atap yang melengkung terdapat suatu lubang dan, aku pikir, tiga lubang lainnya dipotong miring ke arah menuju lubang teratas. Lubang-lubang yang miring ini ini tampak lebih halus dari lubang yang teratas; tampaknya ketiga lubang ini merupakan hasil kerja manusia. Lantai gua lebih rendah daripada pintu masuk, dan ketiga sisinya dikelilingi sebuah bangku batu yang agak tinggi, lebar di sebagian tempat, sempit di bagian lainnya. Keledai beristirahat di salah satu bagian yang lebar. Tak ada palungan, tetapi sebuah tas kulit yang besar ditempatkan atau digantungkan di pojok. Dibelakangnya terdapat sisi gua yang kecil, hanya cukup bagi keledai untuk berdiri tegak. Di sanalah makanan ternak disimpan. Sebuah selokan mengalir di pojok ini; aku melihat Yosef membersihkan gua setiap hari.

Tempat di mana Maria beristirahat sebelum kelahiran sang Bayi, yaitu tempat di mana aku melihat Maria terangkat dari atas tanah pada saat melahirkan, terdapat sebuah bangku batu serupa. Lokasi di mana Palungan berdiri merupakan suatu ceruk yang dalam atau gua samping. Di dekatnya terdapat pintu masuk kedua ke dalam gua, yang berada di punggung bukit yang menuju ke kota. Bagian belakang bukit menurun ke suatu lembah yang amat indah, yang ditumbuhi barisan pepohonan. Lembah ini menuju ke Gua Menyusu Abraham, yang terletak di bagian yang menjorok dari bukit di depannya. Di tengah lembah mengalir anak sungai kecil dari mana Yosef mengambil air.

Di samping Gua Palungan yang sesungguhnya, terdapat dua gua lain pada bukit yang sama, tapi terletak di permukaan yang agak rendah. Dalam salah satu dari kedua gua itu, Santa Perawan biasa tinggal bersembunyi.

Ketika bertahun-tahun kemudian St Paula meletakkan dasar pertama biaranya di Betlehem, aku melihat sebuah kapel kecil yang sederhana didirikan di lembah, di sebelah timur gua. Kapel dibangun sedemikian rupa sehingga bersebelahan dengan bagian belakang Gua Palungan dan langsung di belakang tempat di mana Yesus dilahirkan. Kapel kecil yang dibangun dari kayu dan tembok anyam-anyaman ini, di bagian dalamnya digantungi permadani. Empat deret bilik, yang dibangun sesederhana gubuk-gubuk para gembala pada umumnya di Palestina, terbuka ke arah kapel. Di setiap deret terdapat bilik-bilik yang terpisah, masing-masing bilik dikelilingi oleh kebun kecilnya sendiri, semuanya dihubungkan oleh lorong-lorong yang tertutup, yang menuju ke kapel. Di sini Paula dan puterinya mengumpulkan rekan-rekan komunitas mereka yang pertama.

Di kapel, terpisah dari tembok, berdiri sebuah altar dengan tabernakel kecil. Di belakang altar tergantung tirai sutera merah putih yang menutupi tiruan Gua Palungan yang dibuat atas perintah St Paula. Tiruan itu dipisahkan dari gua yang sesungguhnya, dari lokasi tepat di mana Yesus dilahirkan, hanya oleh dinding batu. Dalam gua tiruan, diletakkan palungan, bahkan dengan jerami tergantung di sisi-sisinya. Buaian bayi di atas palungan dibuat dari batu putih, merupakan tiruan yang mirip benar dengan buaian Bayi Yesus. Bayi dalam palungan juga terbuat dari batu putih dan dibedung rapat dengan lampin biru. Patung ini berrongga di dalamnya sehingga tidak terlalu berat. Aku melihat St Paula seringkali membuai-Nya dalam pelukan sementara ia berdoa. Di dinding di atas palungan digantungkan sebuah hiasan yang menggambarkan keledai dengan kepala memandang ke arah palungan. Hiasan itu disulam warna-warni, surainya dibuat dari benang, begitu alami hingga tampak bagaikan surai asli. Di atas palungan terdapat sebuah rongga di dinding di mana diikatkan sebuah bintang. Aku melihat bahwa Kanak-kanak Yesus kerapkali menampakkan diri di sini kepada St Paula dan puterinya. Di depan tirai, di samping kiri dan kanan altar, digantungkan lentera-lentera.





sumber : “The Lowly Life And Bitter Passion Of Our Lord Jesus Christ And His Blessed Mother Together With The Mysteries Of The Old Testament: from the visions of Blessed Anne Catherine Emmerich”; diterjemahkan oleh YESAYA: yesaya.indocell.net

No comments